Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas r.a. yang terdapat dalam kitab Durrul Mantsur, Rasulullah saw. bersabda, “Lailatul Qadar telah dikaruniakan kepada umat ini (umat Muhammad saw.) dan tidak kepada umat yang lain.”
Sebab-sebab turunnya Lailatul Qadar menurut beberapa hadits adalah sebagai berikut:
Rasulullah saw. pernah merenung tentang usia umat-umat terdahulu yang panjang-panjang, sedangkan usia umat beliau pendek-pendek. Hal ini menyebabkan Rasulullah saw. merasa sedih, karena ámal-ámal umat beliau yang berusia pendek-pendek itu mustahil dapat menandingi ámal-ámal umat terdahulu yang usianya panjang-panjang. Maka untuk menghibur hati Nabi saw., Allah Swt. menganugerahkan malam Lailatul Qadar kepada umat ini. Hal ini bermakna, apabila seseorang beruntung mendapatkan kesempatan beribadah pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan dan menda-patkan keberkahan malam tersebut, maka seolah-olah dia telah beribadah selama 83 tahun 4 bulan lebih.
Rasulullah saw. pernah merenung tentang usia umat-umat terdahulu yang panjang-panjang, sedangkan usia umat beliau pendek-pendek. Hal ini menyebabkan Rasulullah saw. merasa sedih, karena ámal-ámal umat beliau yang berusia pendek-pendek itu mustahil dapat menandingi ámal-ámal umat terdahulu yang usianya panjang-panjang. Maka untuk menghibur hati Nabi saw., Allah Swt. menganugerahkan malam Lailatul Qadar kepada umat ini. Hal ini bermakna, apabila seseorang beruntung mendapatkan kesempatan beribadah pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan dan menda-patkan keberkahan malam tersebut, maka seolah-olah dia telah beribadah selama 83 tahun 4 bulan lebih.
Riwayat lain mengatakan, suatu ketika Rasulullah saw. menceritakan kepada sahabatnya seorang yang sangat saleh dari kalangan Bani Israil yang telah menghabiskan hidupnya untuk berjihad selama seribu bulan. Mendengar hal ini para sahabat merasa cemburu karena mereka merasa tidak mungkin mencapai hal seperti itu, maka Allah pun menganugerahkan malam ini kepada mereka sebagai penggantinya.
Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah saw. pernah menyebut empat orang yang sangat saleh di kalangan Bani Israil yang menghabiskan hidupnya selama delapan puluh tahun berturut-turut dengan beribadah kepada Allah, menyembah-Nya dan tidak pernah ingkar sedikit pun. Mereka itu adalah Nabi Ayub a.s., Zakariya a.s., Hizkiel a.s. dan Yusa’ a.s.. Mendengar kisah ini, para sahabat pun merasa takjub. Kemudian muncullah Jibril a.s. membacakan surat al Qadar yang menyebutkan keberkahan malam yang istimewa ini.
Masih terdapat beberapa riwayat lain yang menerangkan tentang Lailatul Qadar. Alasan terbanyak dari perbedaan-perbedaan peristiwa tadi adalah apabila di dalam satu masa turun satu ayat setelah terjadinya beberapa peristiwa, maka ayat itu dapat dihubungkan dengan setiap peristiwa tersebut. Apa saja dari sebab-sebab turunnya ayat ini yang terpenting adalah bahwa Lilatul Qadar merupakan suatu anugerah yang sangat besar bagi umat Muhammad saw.. Ini adalah pemberian Allah dan hanya orang yang mendapat taufik yang akan mudah berámal di dalamnya. Betapa beruntungnya orang-orang saleh yang mengatakan, “Saya tidak pernah tertinggal beribadah pada malam Lailatul Qadar setelah masa baligh saya.”
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai penentuan malam ini. Ada sekitar lima puluh pendapat sehingga sulit untuk menyebut-nya satu per satu. Namun di sini saya akan menyebutkan pendapat yang paling masyhur saja. Keutamaan malam ini banyak diterangkan dalam kitab-kitab hadits dengan berbagai riwayat, yang sebagian akan disebutkan di sini. Namun karena keutamaan malam ini juga disebutkan dalam al Quran berupa surat yang khusus, maka cocok sekali apabila kita mulai dengan mengemu-kakan tafsir surat tersebut yang terjemahnya saya ambil dari kitab Tafsir Bayanul Quran karangan Maulana Asyraf Ali Tsanwi rah.a., sedangkan kete-rangannya ada juga yang diambil dari kitab lain.
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al Quran) pada malam Lailatul Qadar.”
Ayat ini menerangkan bahwa pada malam ini al Quran telah diturunkan dari Lauh Mahfuzh (papan yang terpelihara di sisi Allah) ke langit dunia. Diturunkannya al Quran pada malam ini menunjukkan betapa mulianya malam Lailatul Qadar ini. Di samping kenyataan ini, sebagai bukti tentang mulianya malam Lailatul Qadar di mana al Quran yang agung diturunkan di dalamnya, keberkahan dan keutamaan lainnya pun tertulis dalam surat ini. Kemudian untuk menarik semangat dan perhatian kita, Allah Swt. berfirman:
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
“Dan tahukah kamu apakah malam Lailatul Qadar itu?”
Dengan perkataan lain dikatakan, “Tahukah kamu, betapa besar dan pentingnya malam itu? Tahukah kamu apakah karunia dan keutamaan yang terkandung di dalamnya? Setelah itu Allah Swt. menyebutkan beberapa keu-tamaan Lailatul Qadar.
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.”
Maksud ayat di atas adalah, bahwa pahala beribadah di malam Lailatul Qadar adalah lebih baik daripada pahala beribadah selama seribu bulan. Be-rapa besarnya keutamaan itu, sungguh tidak dapat diketahui.
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat, dan malaikat Jibril pada malam itu.”
Sebuah penjelasan yang amat indah mengenai ayat ini telah dikemukakan oleh Imam Razi rah.a.. Beliau menerangkan bahwa ketika manusia per-tama diturunkan ke bumi, pada mulanya para malaikat melihatnya dengan menampakkan ketidaksukaan mereka kepadanya, dan berkata kepada Allah, “Ya Allah, apakah Engkau akan menciptakan makhluk yang akan berbuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah?” Begitu pun, ketika pertama kali orang tua melihat asal usul manusia dari setetes air mani, maka me-reka menampakkan rasa jijik kepadanya, sehingga apabila air mani menem-pel pada pakaian, maka akan dicucinya. Namun ketika Allah Swt. Menjadikan dari setetes air mani itu seorang bayi yang cantik, maka tumbuhlah dalam hati orang tua kecintaan dan kasih sayang kepadanya. Demikianlah halnya, apabila dengan taufik Allah Swt. manusia sibuk beribadah kepada Allah di malam Lailatul Qadar ini, menaati, dan memuji-Nya, maka para malaikat akan turun kepada mereka untuk meminta maaf atas apa yang mereka kata-kan dahulu tentang manusia. Dalam ayat ini, perkataan warruh (dan ruh) yaitu Ruhul Qudus (ruh yang suci) ditujukkan kepada malaikat Jibril a.s. yang telah turun ke bumi pada malam itu. Mengenai arti ruh, para ahli tafsir telah berpendapat:
Ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa ruh di sini adalah sekumpulan malaikat khusus yang hanya nampak pada malam Lailatul Qadar juga bagi malaikat yang lainnya.
Ada juga ahli tafsir yang berpendapat bahwa ruh di sini menunjukkan satu makhluk tertentu, yang makan dan minum, namun bukan malaikat dan bukan pula manusia.
Menurut pendapat lain, ruh ini maksudnya adalah Nabi Isa a.s. yang akan turun bersama malaikat pada malam itu untuk melihat ámal perbuatan umat Nabi Muhammad saw..
Ada pula sebagian ahli tafsir yang berpendapat bahwa ruh di sini maksudnya adalah rahmat Allah yang istimewa, yaitu pada malam itu malaikat akan turun, kemudian rahmat Allah yang istimewa juga akan turun.
Masih banyak pendapat ahli tafsir yang lain, tetapi pendapat-pendapat di atas adalah yang paling terkenal. Berkenaan dengan hal ini, dalam kitab Sunan Baihaqi diriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Pada malam Lailatul Qadar Jibril a.s. akan turun bersama sekumpulan malaikat dan berdoá memohonkan rahmat bagi setiap manusia yang didapati sedang sibuk berdzikir dan ámal ibadah lainnya.” Pada ayat selanjutnya disebutkan:
بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
“Dengan izin Tuhannya sambil membawa hal-hal yang baik, mereka turun ke muka bumi.”
Dalam Kitab Mazahirul Haq ditulis, bahwa pada malam inilah malaikat diciptakan, pada malam ini pengumpulan unsur-unsur penciptaan Nabi Adam a.s. dimulai, pada malam itu pula pohon-pohon di surga ditanam, dan pada malam ini juga -- menurut berbagai hadits -- doá-doá akan dikabulkan.Menurut salah satu hadits yang ditulis dalam kitab Durrul Mantsur, pada malam itu jasad Nabi Isa a.s. diangkat ke langit, dan pada malam itu pula taubat Bani Israil telah diterima.
Maksudnya adalah bahwa orang beriman akan mendapat salam kesejahteraan dari malaikat secara terus menerus pada seluruh malam itu, yang datang secara berombongan dengan silih berganti, sebagaimana yang dite-rangkan dalam sebagian hadits.
Dalam tafsir yang lain dikatakan, seluruh malam itu adalah penuh de-ngan keselamatan dan keamanan dari segala kejahatan, kerusakan, dan lain sebagainya.
سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Malam itu (penuh)dengan keberkahan sampai terbit fajar.”
Ayat ini tidak bermaksud bahwa keberkahan itu hanya diturunkan pada sebagian malam dan tidak ada pada sebagian lainnya pada malam itu, tetapi sepanjang malam itu para malaikat terus menerus menurunkan keberkahan kepada orang-orang yang beriman sampai tiba waktu Shubuh.(Fadhilah Amal Karya Maulana Zakariya Al Kandahlawy Rohmatulloh 'alaih)
0 Response to "Penjelasan Surat Al Qodr dan Malam Lailatul Qodar"
Post a Comment