Diantara malam-malam Ramadhan terdapat satu malam yang disebut Lailatul Qadar yang merupakan malam yang penuh keberkahan dan kebaikan. Di dalam al Quran dikatakan bahwa malam ini lebih baik daripada 1.000 bulan, yang sama dengan 83 tahun 4 bulan. Sungguh ber-untung orang yang memperoleh kesempatan untuk beribadah di malam itu, seolah-olah ia telah beribadah selama 83 tahun 4 bulan. Bahkan yang lebih banyak daripada itu kita tidak tahu berapa bulan yang dapat menyaingi keutamaan seribu bulan itu. Sebenarnya ini merupakan karunia yang besar dari Allah Swt.. Bagi orang yang mau menghargainya, ini semua adalah nikmat yang sangat tinggi.
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa berdiri (untuk shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan ihtisab (dengan keyakinan yang sempurna dan harapan yang ikhlas untuk memperoleh ganjaran), maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni. (Hr. Bukhari dan Muslim – at Targhib)
Penjelasan:
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa berdiri (untuk shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan ihtisab (dengan keyakinan yang sempurna dan harapan yang ikhlas untuk memperoleh ganjaran), maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni. (Hr. Bukhari dan Muslim – at Targhib)
Penjelasan:
Perkataan ‘berdiri’ dalam hadits di atas maksudnya adalah melaksana-kan shalat, juga diperintahkan di dalamnya untuk melakukan ibadah lain seperti membaca al Quran, dzikir, dan sebagainya.
Maksud ‘mengharapkan pahala’ adalah tidak berdiri karena riya atau niat yang salah, tetapi berdiri dengan ikhlas semata-mata mengharap keri-dhaan Allah dan dengan niat mendapat pahala dari-Nya.
Imam Khathabi rah.a. berkata bahwa iman dan ihtisab maksudnya berdiri dengan hati yang penuh gembira tanpa merasa terbebani sambil meyakini pahalanya. Dan ini merupakan hal yang jelas bahwa sebanyak mana keyakinan seseorang terhadap pahala, maka sebanyak itu pula akan merasa mudah dalam menghadapi kesusahan beribadah. Inilah alasan mengapa seseorang semakin meningkat pendekatannya kepada Allah, maka dia semakin banyak tenggelam dalam ibadah.
Sangat penting diperhatikan mengenai ‘dosa-dosa’ yang disebutkan dalam hadits di atas, bahwasanya yang diampuni itu adalah dosa-dosa kecil saja, karena di mana dosa-dosa besar disebutkan dalam al Quran, maka disebutkan pula kalimat " إِلَّا مَنْ تَابَ" (kecuali orang yang bertaubat). Berkenaan dengan inilah, alim ulama sepakat bahwa dosa besar tidak akan dimaafkan tanpa bertaubat. Hadits-hadits yang di dalamnya disebutkan pengampunan atas dosa, maka para ulama membatasinya hanya dosa-dosa kecil saja.
Ayah saya (semoga Allah merahmatinya dan menerangi kuburnya) pernah mengatakan, ada dua alasan mengapa perkataan ‘kecil’ tidak disebut-kan di dalam berbagai hadits yang menerangkan tentang pengampunan dosa-dosa: Pertama, adalah sesuatu yang tidak layak bagi seorang muslim jika ia mempunyai tanggungan dosa besar. Karena seorang muslim yang sebe-narnya jika melakukan dosa, maka ia tidak akan merasa tenang sehingga bertaubat dengan ikhlas kepada Allah Swt.. Kedua, apabila terdapat suatu kesempatan seperti ini, misalnya di malam Lailatul Qadar, apabila seseorang beribadah dengan mengharapkan pahala, maka seolah-olah wajib baginya untuk menyesali seluruh perbuatan-perbuatan yang buruk. Dan inilah yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itulah, perwujudan taubat terjadi dengan sendirinya, yang hasil dari taubat itu adalah penyesalan atas dosa-dosa dan keinginan yang kuat untuk tidak mengulanginya. Oleh karena itulah, jika seseorang melakukan dosa besar, maka sangat penting baginya pada malam Lailatul Qadar atau pada kesempatan saat-saat mustajabnya doá agar ber-taubat dari perbuatan-perbuatan buruk dengan ikhlas melalui hati dan mulut-nya, sehingga rahmat Allah yang sempurna akan tertuju kepadanya dan selu-ruh dosa kecil maupun dosa besarnya akan dimaafkan. Apabila anda melaku-kan hal ini, jangan lupa menyertakan aku yang lemah ini dalam doá anda yang tulus.
(Fadhilah Amal Karya Maulana Zakariya Al Kandahlawy Rohmatulloh 'alaih)
(Fadhilah Amal Karya Maulana Zakariya Al Kandahlawy Rohmatulloh 'alaih)
0 Response to "Fadhilah Lailatul Qodar : Hadist Pertama"
Post a Comment