Teks Bayan Wali Santri Tahun 2013 oleh KH Uzairon Thoifur Abdillah

.
Assalamualaikum Wr. Wb
Bapak-bapak, ibu-ibu yang kami mulyakan. Santri-santri  اكرمكم الله رحمكم الله Para Kyai, para Ulama’ yang hadir  بارك لكم الله
juga semua yang hadir dalam majlis ini.
Tadi ketika berdiri melantunkan  طلع البدر علينا , saya itu sangat terkesan., Teringat kejadian 1400 tahun yang lalu. Dimana orang-orang muhajirin datang ke madinah. Yang mulya Nabi Agung Muhammad Saw datang ke madinah disambut orang-orang anshor dengan penuh semangat. Mereka berdiri di terik matahari. Anak-anak, orang dewasa, laki-laki perempuan
طلع البدر علينا من ثنية الوداع * وجب الشكر علينا ما دعى لله داع
“Telah muncul bulan purnama yang mulya Nabi Agung Muhammad Saw
Wajib kita syukuran selagi masih ada orang dakwah.”

Maka dari sanalah terbentuk masyarakat islam. Yang akhirnya menyebarkan agama ke seluruh dunia. Itulah maksudnya kita berdiri dengan mengucapkan طلع البدر علينا . Yaitu untuk mengingati itu. Karena mengingati kejadian-kejadian datangnya pertolongan allah kepada ummat ini, atau ummat-ummat yang dulu adalah merupaka bagian dari perintah Allah. Allah Swt berfirman :
وذكّرهم بايّام الله
“Ingatkanlah manusia itu dengan hari-hari datangnya pertolongan Allah.”
Mengingati itu ada kalanya dengan membaca, itu juga mengingati. Ada juga kalanya dengan bayan, itu juga mengingati. Ada kalanya kita bentuk suasana yang mirip seperti dulu. Kita berdiri dengan طلع البدر علينا , ini juga bagian dari cara mengingati. Dan cara mengingati seperti itu, tidaklah aneh di dalam ajaran Nabi.

Kalo kita pergi Hajji. Orang-orang lari-lari dari Shofa-warwah.
إن الصفا والمروة من شعائر الله فمن حج البيت او اعتمر فلا جناح عليه ان يطوّف بهما ومن تطوع خيرا فإن الله شاكر عليم
Lari-lari dari Shofa ke marwah. Untuk apa?! Yaitu untuk mengingati pengorbanan siti Hajar ketika ditinggal suaminya, Nabiyulloh Ibrohim As di Makkah al Mukarromah.

Di Mina, orang-orang hajji melempari jumroh untuk memperingati pengorbanan Nabiyulloh Ibrohim ketika mengorbakan anaknya di sana. Maka kita pun begitu juga.
فاعتبروا يا اولى الأبصار . Mengambil pelajaran dari kehidupan Nabi ini.
طلع البدر علينا من ثنية الوداع Menyambut orang-orang muhajirin di madinah supaya kita ada semangat hijroh dan nushroh. Insya Allah yang kami mulyakan?! Inilah maksudnya.
Sehingga kita setelah طلع البدر علينا ini trus mengikuti kehidupannya orang madinah. Memperjuangkan agama, membikin masyarakat agama.

Kalau sekarang ini umumnya di Jawa, habis طلع البدر علينا terus makan ayam, makan enak-enak, minum enak terus tidur sampai ketiduran tidak sholat subuh. Sholat subuhnya jam 8.
Tidak begitu, tapi mau kita : dengan طلع البدر علينا Timbulkan semangat perjuangan kayak orang muhajirin dan anshor kemudian keluar 4 bulan semua. Insya Allah?!

Ini untuk wali murid. Kalau untuk santri satu tahun. Tadi saya bilang sama Pak Bed. Dengan طلع البدر علينا ini tadi kok saya teringat ya… Ketika Pak Imdad sudah menyebut nama-nama orang yang hafidz qur’an sekian, yang dauroh sekian, yang takhosus sekian, hati saya itu merasa sedih, begitu itu. Dulu Nabi itu wafat, meninggal santri 124 ribu, menurut perhitungan sebagian ulama’. Saya itu ingin santri Al Fatah itu ya minimal 124 ribu, begitu. Hafidz qur’an semua, hafal minhaj semua, keluar setahun semua, trus pulang menghidupkan masjid semua, keluar setahun semua.
Unek-unek saya itu kok begitu. Semoga unek-unek saya ini diterima oleh Allah. Santri putri ada yang usul, itu untuk santri putra, kalo untuk santri putri bagaimana?
Disuruh keluar setahun?! Oo… itu tidak ada tertibnya. Santri putri itu, kalau ada kakak kamu / adik kamu, keluarkan satu tahun. Atau minimal kalau kawin dengan santri yang sudah setahun. Ini saya promosikan… biar laku kamu.

Kalau mau kawin Tanya dulu, sudah setahun belum?! Kalau belum keluar dulu setahun. Dan setelah setahun itu tidak boleh langsung kawin. Para masyaikh kita begitu. Setelah setahun, hidupkan amal maqomi, amal masjidnya, mahallah, halaqoh, markaz selama setahun, baru boleh kawin. Baru kita ini jadi pejuang kalau begitu itu. Urusan makanannya bagaimana?! Sudah ditulis di langit sebelum kamu lahir. Nggak usah dipikir. Asalkan kamu punya mulut, insya Allah kamu akan dikasih nasi atau roti atau apa saja. Insya Allah begitu, ya…?!

Untuk masalah perkawinan, ada nasehat khusus. Waktunya bukan sekarang. Nanti kalu saya banyak bicara masalah ini, nanti kamu jadi berubah pikirannya. Mau keluar setahun jadi nggak jadi. Nanti ada forum khusus. Kalau belum ada nasehat khusus untuk perkawinan, jangan berani-berani kamu kawin. Nanti keliru nanti. Sebagaimana orang sholat, harus tahu syarat & rukunnya sholat. Orang kawin itu juga harus tahu juga syarat rukunnya kawin. Baik dilihat dari fiqih maupun dulihat dari fiqhud Da’wah perjuangan. Fiqih itu ada fiqhul ahkam, ada fiqhud da’wah, ada fiqhul Khulq.

Bagaimana mempersiapkan akhlaq untuk perkawinan itu?! Dalam kitab Minhajut Tholibin tidak disebutkan itu. Ini nanti ada mudzakaroh khusus. Kitabnya pun masih pececeran, belum dikumpulkan. Padahal ini penting. Kalau kamu mau kawin tidak kamu persiapkan persyaratan akhlaq. Hanya pokoknya ada wali, 2 orang saksi cukup. Wali pun tahkim boleh. Jadi sudah mudah. Itu nanti bias-bisa malah musibah setelah kawin itu.
Harus fiqhul ahkam, ada fiqhud da’wah, harus fiqhul Khulq. Harus ada fiqih ruhani juga. Dzikirnya itu sudah masuk apa belum. Kalau orang itu dzikirnya belum kuat, nanti kalau kawin, kumpul dengan istrinya ditemani sama syetan sehingga anaknya mbeling. Anaknya nakal, ngantukannya luar biasa. Naaahhh… itu, belum baca dzikir sudah itu… makanya jadinya begitu.
“Lha saya sudah terlambat. Lalu bagaimana, pak?!”
‘Yaa… sekarang aja. Qodho’ dzikir sekarang saja.’

Hadirin yang dimulyakan Allah ta’ala
Masya Allah… ini banyak wali murid telah datang dari berbagai macam daerah dengan penuh sudah payah. Dari Indonesia yang paling timur, dari irian dari merauke. Sampai dari Indonesia yang paling barat pada datang dengan sudah payah. Naik bis lima hari, ada yang naik kapal 6 hari, hanya untuk hadir dalam majelis ini. Semoga Allah menerima pengorbanan Bapak-Bapak, Ibu-ibu semua. Semoga pengorbanan bapak-bapak ini diterima oleh Allah, pengorbanan ibu-ibu diterima oleh Allah. Sehingga anak-anaknya menjadi anak yang sholeh, anak yang alim yang diterima oleh Allah. Sebagaimana pengorbanan yang telah dibuat oleh ibunya Al Imam Al Bukhori ra.

Imam Bukhori itu lahir sudah dalam keadaan yatim. Ibunya orang kaya raya. Dihantar anaknya itu dari satu tempat ke tempat yang lain. Dari satu tempat ke tempat yang lain untuk ngaji. Sehingga msih kecil sudah menjadi alim besar. Bukan hanya menjadi alim besar, bahkan menjadikan berjuta-juta orang menjadi alim di seluruh dunia sampai. Ilmunya dipelajari oleh berjuta-juta manusia diamalkan seribu tahun lebih. Itulah Al Imam Bukhori ra.

Yang kami mulyakan Allah Swt.
Seumpama ibunya Al Imam Bukhori sekarang datang disini ini, maka beliau akan mengatakan “Masya Allah… ternyata pengorbanan saya, harta saya habis untuk mengantarkan anak saya tidak rugi. Berapa banyak orang yang menjadi baik sebab anak saya. Berapa orang menjadi alim dengan sebab anak saya. Berapa orang diterima oleh Allah gara-gara anak saya. Berapa orang masuk surge gara-gara anak saya. Dan saya pun mendapatkan pahala secara sempurna.”

Tapi ibunya Al Imam Bukhori ini bukan hanya keluar uangnya saja, doanya juga masya Allah itu. Suatu saat Al Imam Bukhori ini sakit. Masih kecil. Sampai buta. Sakit cacar sampai buta. Tapi ibunya itu doa terus. Sampai suatu saat beliau itu bermimpi jumpa Nabi Ibrohim, berkat doa kamu, mata anak kamu dibuka lagi oleh Allah. Melek lagi.
Maka doanya para ibu untuk anak-anaknya ini sangat sangat sangat berharga, yang kami mulyakan. Tidak cukup anak dikirim ke pesantren kemudian santai-santai saja di rumah. Anaknya disuruh hapalin qur’an, orang tuanya nonton TV saja di rumah. Itu menurut saya kok tidak cocok, menurut saya. Kalau menurut bapak-bapak bagaimana?! Cocok nggak?!
Sangat tidak cocok. Bukan hanya tidak.

Mulai anaknya dikirimkan di pesantren, mulai juga bapak ibunya meningkatkan amalannya, meningkatkan doanya. Diantara pengalaman orang-orang dulu, Syeikh Abdul Qodir Al jailani rah, supaya diri kita dan keluarga kita ini tertata dengan baik, beliau itu punya pengalaman. Dan pengalamannya orang-orang ahli itu ada nilainya. Diantara pengalamannya ini kata beliau, “Habis sholat subuh baca fatihah 30x. nanti kalau habis dzuhur baca fatihah 25x, dikurangi 5. Nanti kalau habis ashar 20x, habis maghrib 15x, habis isya’ 10x. maka genap 100x selama sehari semalam.”
Beliau ini mengatakan, “Kalau Kamu mengamalkan amalan ini dengan istiqomah, kamu akan melihat keajaiban-keajaiban nusrotulloh dalam hidup kamu.“ Kita amalkan!! Insya Allah, hadirin yang kami mulyakan.

Ini kalau kamu amalkan, ini untuk diri kita, untuk keluarga kita, untuk ekonomi kita, untuk anak kita biar lurus, nggak nabrak kemana-mana. Ini penting sekali, yang kami mulyakan. Amalan-amalan kita ini ada pengaruhnya yang sangat luar biasa kepada anak-anak kita. Seorang sahabat mengatakan,
“Kalau saya sholat, kadang-kadang saya ingin sholat saya itu pendek (Mungkin karena capek, atau karena apa) Tapi begitu saya ingat anak saya, sholat saya panjangkan. Dengan harapan anak saya dapat barokahnya sholat saya.

Jadi kalau orang itu sudah punya anak, yang kami mulyakan, sholatnya itu lain seharusnya. Sujudnya lebih panjang, ruku’nya lebih panjang, qobliyaj, ba’diyah, isroq, dhuha, awwabin, tasbih,tahajjud, witir, masih tambah dzikir-dzikir lagi dengan niat, “Ya Allah, dengan barokahnya amalan ini, Engkau berikan kepada diriku dan anakku dan umat.”
Insya Allah yang kami mulyakan?! Begitu caranya yang kami mulyakan.

Hadirin yang dimulyakan Allah ta’ala
Termasuk perkara yang penting juga kalau diri kita ini selamat, anak-anak kita selamat. Banyak lho yang kami mulyakan, anak itu awalnya lurus…. Begitu. Tahu-tahu belok, nggak tahu apa sebabnya apa. Maka untuk itu, kata para ulama’, biasakan membentengi diri kita dan membentengi anak-anak kita dengan shodaqoh. Habis subuh itu yang pertama kali kita pikirkan setelah dzikir-dzikir dan do’a-do’a, SHODAQOH. Walaupun sekemampuannya. Entah shodaqoh permen satu bungkus. Entan uang sepuluh ribu, 100 ribu, yang punya tempe shodaqoh tempe. Tahu shodaqoh tahu. Tidak punya apa-apa shodaqoh Al Fatihah untuk umat. Al Fatihah ….
Untuk para ulama’, untuk para auliya’. Shodaqoh amal ini juga banyak haditsnya ini. Jangan sampai kita sia-siakan shodaqoh amal. Nah yang kami mulyakan Allah Swt. Dalam suatu hadits dikatakan. Mafhumnya : “Minimal-minimalnya shodaqoh itu (kata Nabi) kayak shodaqohnya Abu Dhomdhom, Yaitu setiap pagi Abu Dhomdhom mengatakan,
‘Ya Allah saya tidak bisa shodaqoh apa-apa, ya Allah. Tapi siapa saja orang islam yang berbuat salah kepada aku saya halalkan sebagai shodaqoh saya kepada dia.’

Jadi orang itu jangan punya rasa hati buruk kepada orang islam mana saja. Ya Allah dia punya salah kepada saya, saya halalkan sebagai shodaqoh saya. Kata Nabi itu adalah minimal-minimalnya shodaqoh. Kalau orang sudah tidak bisa memaafkan orang islam, itu minimalnya shodaqoh saja tidak ada itu. Maka dia ini ibarat perang, sudah nggak bentengnya. Akan banyak masalah datang itu. Apalagi ini dalam suasana idul fitri, maka kita bersihkan hati kita. Jangan sampai kita punya hati buruk, benci kepada umat islam mana saja walaupun orang islam itu megelne, nggregetne, embikin jengkel kita, maka kita maafkan sebagai shodaqoh kita. Insya Allah yang kami mulyakan?!
Tidak ada orang yang lebih menjengkelkan Nabi di dunia ini, melebihi orang-orang yang berbuat maksiat. Tapi Nabi mengatakan :
شفاعتى لأهل الكبائر من أمتى
“Sing mbeling-mbeling tak syafa’atine mengko.”
(Umatku yang nakal-nakal itu saya syafaati nanti di hari kiamat).
Begitulah sikap Nabi kepada umatnya. Maka kita pun harus seperti itu juga. Lha orang yang suka memaafkan itu, banyak dapat maaf dari Allah. Akhirnya dia selamat dunia akherat.

Hadirin yang dimulyakan Allah ta’ala
Amalan yang tadi ditambah lagi yang kami mulyakan, sholawatnya 100. اللهم صل على سيدنا محمد . Ayat kursinya paling sedikit 3x. kalau itu kok istiqomah, nanti akan banyak kebaikan datang, yang kami mulyakan. Dalam urusan apa saja. Sambil membiasakan diri untuk shodaqoh. Baik shodaqoh amwal maupun shodaqoh a’mal.
Ini semua datang dari Nabi semua, bukan dari orang jawa.
Hadirin yang kami mulyakan Allah Swt.
Juga yang penting lagi kita memperbaiki niat. Karena dikatakan dalam suatu hadits :
إنما تأتى النصرة على قدر النية
“Pertolongan Allah itu menurut Niat.”
Lha anak kita ini, kita niatkan untuk apa?! Ini harus diperbarui, dikencengi. Karena Allah Swt bercerita dalam al Qur’an, bagaimana barokahnya sebuah niat.
إذ قالت امرأة عمران ربى إنى نذرت لك ما في بطنى محررا فتقبل منى
Ketika istrinya sayyidina Imron, waktu itu dalam keadaan hamil, beliau berdo’a, “Ya Allah, Aku bernadzar bahwa bayi yang ada di dalam perutku ini محررا tidak untuk macem-macem urusan dunia. Hanya untuk berkhidmat untuk agama saja.
فتقبل منى “Terimalah ya Allah nadzar saya ini.” Terimalah anak saya ini, ya Allah. Maka lahirlah anak, yaitu siti Maryam. Sebetulnya istrinya sayyidina Imron itu bercita-cita bahwa anaknya itu laki-laki. Tapi ternyata perempuan. Sehingga beliau ini sedikit agak kecewa.
Tetapi karena niatnya ini sudah diterima oleh Allah, anaknya ini untuk agama, walaupun dhohirnya pada awalnya agak mengecewakan, ternyata perempuan yang lahir ini lebih baik dari kebanyakan wanita, bahkan dari kebanyakan laki-laki yang ada di dunia ini. Itulah siti Maryam.

Siti Maryam itu ketika masih kecil terjadi keanehan, hadirin yang kami mulyakan. Keanehannya apa?! Ulama’-ulama’ Bani Israil pada waktu itu pada berebut ingin mendidik Maryam. Yang berebut bukan hanya ulama’ saja, sampai Nabi Zakariyya itu lho ikut berebut. Ingin apa?! Ingin memelihara dan mendidik siti Maryam tadi.
Begitulah kata para Ulama’, kalau orang itu niatnya diterima oleh Allah anaknya untuk agama, itu nanti orang-orang sholeh akan berebut untuk mendidik anaknya. Tapi kalau niatnya orang tua ini kok kurang kenceng, bisa-bisa yang berebut nanti anak-anak nakal dengan mempengaruhi anak-ank kita sehingga menjadi nakal juga. Na’udzubillah…

Maka supaya menjauhkan anak kita ini dari teman-teman yang jahat, dan supaya anak kita ini dibimbing oleh orang-orang sholeh, kuncinya itu apabila niatnya kita sendiri itu bahwa anak itu untuk Allah, anak itu untuk agama Allah. Tetapi ulama’-ulama’ bani Israil pada waktu itu nggak ada yang mau mengalah. Sampai-sampai Nabi Zakariyya pun juga nggak mau ngalah. Akhirnya diadakan undian. Nabi Zakariyya pun ikut undian. Undiannya apa?! Ulama-Ulama itu penanya disuruh nulisi namanya masing-masing. Kemudian dilemparkan di sungai Dajlah. Mana yang penanya tenggelam tidak berhak mendidik maryam. Mana yang penanya tidak tenggelam, berhak. Ternyata penanya tenggelam semua. Kecuali penanya nabi Zakariyya saja.
وكفّلها زكريّا
Akhirnya dia dididik oleh nabi Zakariyya. Mulai tampak barokahnya. Diantara barokahnya orang itu kalau dapat guru, guru yang baik. Akan tetapi kalau orang itu kalau memang dasarnya nasibnya buruk itu cari guru, tahu-tahu yang nyeleweng lagi. Wah kiamat ini…
Semoga Allah bimbing kita, bimbing anak-anak kita, sehingga mendapatkan guru-guru yang baik.

Kemudian mulai kecil, sayyidah Maryam rha sudah tampak barokahnya. Beliau ini ditaruh di dalam kamar oleh Nabi Zakariyya. Katanya dalam kitab-kitab tafsir itu, kamar pintunya dobble tujuh, lapis 7, pintunya itu. Dikunci semua, dan yang membawa kuncinya langsung nabi Zakariyya sendiri.

Tertibnya pesantren wanita kita kayak begitu itu. Jadi jangan bapak-bapak, ibu-ibu ngomel. Anak saya itu di pondok putri al-Fatah mau telepon nggak boleh. Mau ini nggak boleh, Mau ini nggak boleh. Kok susah sekali sih…
Apa HP itu haram?! Dalilnya mana? Kalau itu halal dalilnya ya mana, bu? Kok kayak tahu dalil saja. Pakai dalil-dalil.

Semestinya pintu pondok putri itu harus didobble 7 itu. Sekarang baru satu itu. Apakah ada guru yang lebih baik melebihi nabi Zakariyya?! Apakah ada santri putri yang lebih baik melebihi siti Maryam?!. Nggak ada!!! Zaman itu itu. Tertibnya kenceng seperti itu, itu.
Lha nanti di rumah juga begitu itu. Ini sudah ada santri putrid yang sudah diwisuda. Nanti di rumah itu begitu. Santri-santri putri itu begitu. Jangan al Hamdulillah sudah terbebas dari penjara al Fatah. لا حول ولا قوة إلا بالله
Bebas dari penjara al Fatah, saya akan bikin penjara sendiri. Di rumah saya, kamu jangan keluar kemana-mana kalau tidak ada darurat.

Jadi wanita itu keluar dari rumah itu kalau perlu amat sekali saja. Kalau nggak darurat betul, nggak usah. Dan usahakan kalau keluar rumah dengan mahromnya. Kalau saudaranya tidak ada, minimalnya jamaah sepuluh orang. Jangan wanita keluar sendiri. Itu tidak baik. Saya tidak membicarakan hukum, tapi itu tidak baik kok, jelas.

Hadirin yang dimulyakan Allah ta’ala
Allah lebih tahu kemaslahatan hambaNya. Aturan-aturan agama ini kalau kita jaga betul2 insya Allah itu nanti akan menjadikan diri kita, keluarga kita lebih berkah, yang kami mulyakan. Tidak ada manusia yang lebih suci di kalangan sekarang ini melebihi istri2 nabi. Wali2 semua itu. Tapi mereka dikasih tahu langsung. Bukan dari nabi, tapi langsung al Qur’an. Dari allah Swt.
وقرن في بيوتكن “Kamu tinggal di rumah2”

Ini nasehat langsung dari Allah, yang kami mulyakan. Masalah tertib wanita itu. Ini menunjukkan masalah ini sudah tidak bisa ditawar2. Kalau nggak darurat amat itu, jangan kemana2. Disitu aja.
Tapi syetan itu pintar, wahai santri2 putri. Kelihatannya tidak kemana2, tapi dengan membawa HP, maka seluruh makhluq itu bisa masuk ke dalam rumah kita. Orang itu kalu punya HP itu seolah2 pintu rumahnya itu terbuka untuk semua orang. Orang baik, orang jahat, syetan, demit, semua boleh masuk, ahlan wasahlan. Kok bisa sampai kayak gitu, pak ya, bahayanya HP itu?!

Ini baru sebagian. Kalau saya ceritakan banyaknya betul, kamu akan ngeri melihat HP itu. Melihat thok itu dikasih duwit nggak mau. Ini baru sebagian saja. Karena saya tahu, kebanyakan wali murid itu sebagian punya juga itu. Maka saya ceritakan sedikit saja. Kalau banyak2 nanti khawatir hatinya nggak enak nanti. Malah marah nanti. Ini apa2 diharomkan di Temboro ini.

Ini bukan harom. Tapi itu jalan menuju harom. Ini bukan haromkan, bukan. Maka perkara2 yang memudahkan kita, kata para ulama’, apalagi perkara2 yang memudahkan kita berbuat harom. Apa daja yang membuat kita mudah lupa kepada allah itu sangat merugikan. Satu detik mengingat Allah pahalanya tidak karuan. Maka apa saja itu namanya, entah orang, majalah, televise, yang namanya itu internet, yang itu semua tidak mengingatkan kepada Allah dikurangi. Kalau bisa dihilangkan semua. Umur kita ini mahal yang kami mulyakan. Saya tidak bicara halal harom. Tapi umur kita ini mahal. Satu detik saja ingat kepada Allah. Subhanallah pahalanya selamanya2nya. Bagaimana kita buang untuk perkara2 yang lain. Umur kita nanti akan datang penghabisan. Kemarin masih romadhon, puasa, sekarang sudah ahri raya. Bisa kita undue hari raya itu yang kami mulyakan. Kalu sudah datang hari raya satu syawwal, mau kita undur tidak bisa. Begitu juga juga kalau sudah datanghari kematian. Kemaren masih di dunia sekarang sudah di akherat. Nggak bisa kitaa tolak lagi. Nggak bisa kita elakkan lagi. Maka umur kitya jaga betul2.

Hadirin yang dimulyakan Allah ta’ala
Maka niatkan anak kita ini untuk agama. Tanamkna dalam hati, kalau anak saya ini hafal Qur’an, anak saya itu untuk agama, itu akan lebih menggembirakan saya selama2nya. Melebihi kalau anak saya jadi presiden Indonesia. Melebihi kalau anak saya jadi presiden Amerika. Masya Allah.

Bahkan kalau kita ini punya anak jadi presiden amerika, kita rasanya itu kasihan itu. Presiden amerika, masya Allah. Sudah susah payah ngurus dunia, mikir terus, sampai kulitnya hitam begitu. Akhir2nya nggak taubat, nggak masuk islam, ke neraka lagi. Apa ada orang yang lebih disayangkan, dikasihani melebihi mereka itu? Jadi kita punya anak hafidz qur’an itu harus gembira… begitu yang kami mulyakan. Al Imam Abu Hanifah rhu. Ini punya anak lagi belajar qur’an. Ketika ngaji qur’a gurunya itu dibawakan unag satu kantong. Pokoknya banyak sekali, yang kami mulyakan. Maka gurunya itu mengatakan,
‘’ini banyak sekali Syeikh?!’’
‘Ini baru sedikit, jika dibandingkan dengan ilmu yang telah diberikan kepada anak saya. Ini kitabullah, ilmunya rosulullah, yang manfaatnya selama2nya. Ini uang satu kantong itu sedikit.’

Orang orang seperti itu, hadirin yang kami mulyakan, orang2 yang mengetahui nilainya agama. Sekarang saya Tanya kepada bapak2 yang anaknya khatam qur’an itu. Bagaimana, ketika mendengar cerita ini, ada niat apa kira2? Nggak ada niat apa2?! Inna lillahi wainna ilaihi rooji’uun…
Coba hadirin yang kami mulyakan, dipikirkan.
Anaknya selesai dauroh, hafal 2 ribu hadits. Lha kok orang tuanya ngomong terima kasih saja tidak. Itu termasuk orang tua yang perlu banyak dido’akan, yang kami mulyakan.
Ada orang tua yang sudah jozz. ‘’Lha yang beruntung kan bukan saya sendiri, pak Kyai. Pak Kyai juga untung. Punya murid kayak anak saya itu, hafal qur’an. Pak Kyai harus syukuran sama saya.”
“Oo… betul,” makanya saya syukuran sekarang ini. Ini juga syukuran. Akan tetapi yang menerima nikmat itu harus syukuran semua. Ya Kyainya, ya santrinya, ya orang tuanya. Karena barokahnya orang yang amal agama itu adalah untuk dirinya, keluarganya, tetangga2nya, bahkan untuk ummat semuanya. Orang yang amal agama barokahnya untuk ummat. Maka kalau kita ini melihat orang mengamalkan agama, siapa saja dia kita harus ikut syukur.

Dikatakan para ulama’, kalau ada orang sholat, dia mengatakan : إهدنا الصراط المستقيم
 السلام عليك ايها النبي السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين maka seluruh umat islam di seluruh dunia dapat berkahnya. Maka ada orang sholat di pucuk gunung sana, kita harus ikut bersyukur, Alhamdulillah ada orang sholat. Insya Allah yang kami mulyakan?!
Apa lagi orang hafidz qur’an, apa lagi hafal mukhtashor bukhori lagi. Masya Allah. Dan itu orang tuanya dapat pahala yang sempurna. Maka kita syukuri. Karena kalau kita syukuri, insya Allah akan Allah tambah-tambah.
لئن شكرتم لأزيدنكم
Jangan kita menjadi orang yang bodoh. Setelah anaknya hafidz qur’an, sampai rumah kita Tanya. ‘’Kamu sekarang Alhamdulillah… saya juga syukur nak. Kamu sudah hafidz qur’an syukur. Tapi makan kamu nanti bagaimana? Kamu sekarang ke sawah, ke lading, ke pabrik sana. Sekarang ngaji sudah khatam. Sekarang golek duwit.’’

JANGAN BEGITU!!! Nanti kalau anak kita gitukan, pening kepala dia yang kami mulyakan. Wah ini saya ngaji habis2an ngapalin qur’an punggung saya mau putus. Kok tanggapan orang tua saya kayak gini. Kelihatannya nggak begitu syukur. Ahh… mumet saya kalau begitu itu.
Lha kalau sudah mumet itu repot. Nanti sholat jadi males, ngapalin qur’an juga jadi malas. Siapa yang rugi? Dia rugi, orang tua rugi. Apakah tidak boleh orang itu cari rezqi yang halal?! BOLEH!!! Tapi jangan dengan cara begitu.
Alhamdulillah nak, kamu sudah hafidz qur’an, sudah banyak belajar agama. Insya Allah rumah ini akan tambah berkah dengan kedatangan kamu ini. Nak, besok saya mau ke sawah. Kamu ikut ya? Biar sawahnya barokah karena ada orang hafidz qur’an ke sawah. Lha begitu….
Saya ini tahu kok, nak. Saya ini karkun 4 bulan, tahu rezqi di tangan Allah. Ini saya ajak kamu ke sawah biar sawahnya barokah. Itu kalau wali murid yang pandai itu seperti itu. Kalau tidak begitu, kurang pandai berarti. Akhirnya anaknya tidak amal agama, jadi lemah.

Saya itu cerita diri saya sendiri, yang hadirin kami mulyakan. Zaman awal awal dakwah dulu. Sekitar zaman 89-an itu. Masya Allah… saya itu turun dari pondok ya nggak punya apa2. Namanya bapak dan ibu saya itu semangatnya luar biasa. Kemana saja itu dikasih duwit. Keluar dikasih duwit, ke Nidzomuddin dikasih duwit. “Pokoknya kemana ajalah saya duwiti.” Kata ayah saya. Bahkan dari akhir hayat ibu saya, ibu saya itu di rumah sakit. Di jogja sana. Dalam keadaan sakit keras. Lha waktu sakit keras, saya nunggu ibu saya itu lho, tiba2 orang2 solo itu datang ke rumah sakit, usuli. “Pak Kyai waktunya keluar,” katanya itu. Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun.

Waktu nunggu ibu saya begini. Malah diusuli. Tapi ibu saya dengar. “Ron, kamu pergi saja. Kamu nunggu saya juga nggak sembuh2 saya ini. Kamu pergi aja.”
Akhirnya dengan berat hati itu saya pergi ke Jakarta. Keluar 3 hari. Cumin 3 hari aja sebenarnya itu. Tapi itu tidak akan saya lupakan penyemangatan ibu saya itu. Sampai sekarang nggak lupa. Semoga beliau pun dapat barokahnya dakwah ini. Di kuburnya.
Jadi kalo jadi ibu itu begitu. Jangan mumet sedikit, anaknya mau keluar tidak boleh. “Ibu sudah tua, nak. Nggak usah neruskan takhosus nak. Khidmat ibu. Khidmat ibu itu kan pahala besar, nak? Iya tho?”
Maka anaknya menjawab, “Ya betul bu…”

Akhirnya itu karena anaknya juga sudah males mondok. Wah cocok ibu ini. Akhirnya di rumah saja. Dan di rumah tidak khidmat sama ibunya, nggak lama minta kawin. Trus ditinggalkan ibunya itu. Sudah nggak ngaji, nggak khidmat ibunya. Nggak tahu khidmat siapa akhirnya itu. Ini cerita aja yang kami mulyakan. Ini bukan menyinggung orang, tidak. Bapak2 itu semua itu adalah tamu2 saya yang saya mulyakan. Saya tidak ingin menyinggung siapa2. Tapi mari ini kita piker betul2, ini. Bagaimana anak2 kita ini, bisa nyantri terus sehingga menjadi amal jariyah kita. Maka ibaratnya kita ini beli mobil, sampai di rumah siapkan garasi. Siapkan tempat mobilnya. Kalau kita beli mobil, kok sampai rumah tidak disediakan garasi, akhirnya mobilnya kehujanan, kepanasan, trus gembos, rusak, teyengen.

Begitu juga, anak anak kita ini sudah ngaji sudah ngapalin qur’an sekian lama sekian lama, maka sampai rumah itu kita sambut, bagaimana supaya ilmunya itu bisa bermanfaat. Bagaimana caranya?

Maka kita hidupkan usaha usaha masjid, usaha2 dakwah. Kita bikin pesantren2 seperti yang diceritakan pak imdad tadi. Di berbagai tempat ini, ada sebagian masjid jadi pesantren2. Di masjid syafi’iyyah yang dekat pondok itu, sudah berapa puluh orang2 kampung itu telah menjadi hafidz2 qur’an. Kita fikirkan masjid2 kita jadi pondok2 pesantren. Kita pikirkan rumah2 kita ini, nanti santri2 putri sampai di rumah, undang tetangga2nya itu. Ngaji qur’an, ngaji masalah fiqih yang diperlukan. Nggak usah nunggu mbangun pesantren. Rumahnya itu saja dijadikan pesantren. Kayak para sahabat dulu. Rumah2nya itu jadi pesantren. Nggak repot2 mbangun. Tapi seumpama dari satu kabupaten, seumpamanya. Ini kabupaten jeneponto, maka orang2 yang fikir itu musyawarah. Buatlah pesantren disana. Disana itu ada alumi2 al fatah sepuluh orang. Buat pesantren disitu itu. Kerja sama menghidupkan pesantren seperti disini. Pesantren yang ada ngajinya, dakwahnya, ada wiridnya. Maka di jeneponto pun berdiri pesantren. Di padang pun buat begitu juga. Di poso buat begitu juga. Di aceh buat begitu juga.
Nanti kalau disetiap kabupaten itu ada, bikin lagi!! Di setiap kecamatan ada. Kemudian bikin lagi, setiap kampong ada. Itu saya lihat orang dunia, setiap desa ada SD. Kenapa kita tidak piker di setiap desa ada pesantren?!
SD yang dipikirkan itu, 1+1 = 2, 2+2 = 4. Begitu itu diulang2 sampai 6 tahun. Namanya jadi matematika.

Hadirin yang dimulyakan Allah Swt
Kenapa kita tidak bikin pesantren2 di setiap kampong. Untuk supaya orang2 itu, yakin hafal, yakin manteb mancep dengan laa ilaaha illallooh. Sehingga akhirnya pada masuk surga.

Di departemen kesehatan dibikin di setiap kecamatan dibikin puskesmas. Kenapa kita tidak bikin di setiap kecamatan masjid yang hidup amalan 24 jam. Tiap kampong ada masjid yang hidup 24 jam. Kita pikirkan.!! Insya Allah yang kami mulyakan?!
Wali2 murid kalo nanti pulang itu musayawarah itu. Dimana tempat yang paling, munasib di kecamatan kita ini, atau di kabupaten kita ini. Kita buat pesantren. Anak2 kita udah pada mulai selesai takhosus ini. Bagaimana kita bikinkan garasi di kabupaten kita ini. Biar nanti mobil yang baru datang dari temboro nggak cepat rusak. Maka musyawarohkan anaknya itu. Fikir, berdo’a. orang tuanya usaha piker do’a. insya Allah, Allah tidak akan sia-siakan usaha kita. Sudah sunnatulloh yang kami mulyakan. Timbulnya perbaikan2 itu dengan dipikirkan dulu. Piker, do’a, bergerak, berkorban, akhirnya timbul perbaikan dimana mana.

Hadirin yang dimulyakan Allah Swt
Anak yang sholeh itu betul2 mahal, yang kami mulyakan. Sampai para Nabi, para Rosul pun do’a minta anak sholeh.
ذكر رحمة ربك عيبده زكريّا اذ ناد ربه نداء خفيّا
Nabi Zakariyya, akhir malam nangis. Nangis minta apa?
فهبلى من لدنك وليّا يرثنى ويرث من آل يعقوب واجعله ربى رضيّا
“Ya Allah berikan kepada aku anak.”
Tapi nabi Zakariyya bukan hanya sekedar minta anak.
يرثنى ويرث من آل يعقوب “Anak yang mewarisi perjuangan saya, mewarisi keluarga saya, dan mewarisi agama Nabi Ya’qub. Anak yang meneruskan perjuangan. Nabi itu yang kami mulyakan. Nangis minta anak yang meneruskan perjuangan. Diceritakan di dalam qur’an, supaya kita tiru yang kami mulyakan. Nabi zakariyya risau melihat ummat.
إني خفت الموالى من ورائى

Ya Allah… saya itu khawatir umat setelah mati saya nanti bagaimana? Maka berilah aku anak yang meneruskan perjuangan aku. Insya Allah yang kami mulyakan?!
Jadi maknanya – kata para ulama’ – kalau orang itu do’a minta anak, niatnya untuk perjuangan, nanti itu do’anya lebih mandi, lebih bernilai di sisi Allah. Bahkan dalam surat al Furqon itu dikatakan, diantara ciri khas orang yang akan masuk surge, itu adalah do’a supaya istrinya, suaminya, anak-cucunya dijadikan orang2 yang mimpin agama.
ربنا هب لنا من أزواجنا وذريتنا قرة أعيون
Ya Allah jadikanlah istri saya – ini kalo yang do’a suami – kalo yang doa istri, jadikanlah suami saya.
Ya Allah jadikanlah istri saya, suami saya, قرة أعيون menggembirakan hati saya. Ini sudah komplit, yang kami mulyakan. Doalah kepada Allah, “Ya Allah jadikan istri/suami saya menggembirakan hati.” Jangan kamu minta macem macem. Minta supaya istri/suami itu menggembirakan. Jangan minta yang kaya, yang ini yang itu. Jangan begitu. Akan tetapi yang menggembirakan. Itu kalo sudah dibikin Allah menggembirakan, kayak ka’bah. Walaupun hitam, tetap senang aja. Tapi kalo sudah Allah jadikan tidak menggembirakan, walaupun kuning kayak taek… pada jijik semua. Maka orang itu minta istri/suami yang menggembirakan hati. Terus anak-cucu yang menggembirakan juga. Ada yang minta, saya minta anak-cucu yang cerdas. Nggak!!! Minta yang menggembirakan itu sudah cukup itu. Cerdas.. tahu2 malah ngakali orang tuanya. Pinter tahu2 sakit2ten terus. Itu nanti malah sudah terus kita ini yang kami mulyakan. Maka kalau do’a, ya Allah jadikan suami/istri saya dan anak-cucu saya itu menggembirakan hati. Tapi jangan titik.
واجعلنا للمتقين إماما

Jadikanlah kami semua, istrinya, suaminya, anaknya, imam bagi orang orang taqwa. Bukan hanya menjadi orang taqwa, tapi imam (pimpinan) orang2 taqwa. Pimpinan orang taqwa itu bagaimana?
Taqwanya dia menjadikan orang orang pada taqwa. Kayak imam sholat itu. Dia berdiri, orang2 ikut berdiri. Dia duduk, orang orang ikut duduk. Kalau imam taqwa juga begitu. Dia dakwah, orang2 ikut dakwah. Dia ngaji, orang orang ikut ngaji. Dia dzikir, orang orang ikut dzikir. Ya Allah jadikanlah keluarga saya itu semuanya begitu.
Lha orang orang yang doanya seperti itu :
اولئك يجزون الغرفة بما صبروا ويلقون فيها تحييته و سلاما
Itu calon2 penduduk surga.

Hadirin yang dimulyakan Allah Swt
Termasuk calon penduduk surge itu kalau senantiasa doa agar anak2nya, istrinya, suaminya jadi baik dan jadi pimpinannya orang taqwa. Bukan hanya ngaji, tapi jadi sebab orang2 pada ngaji. Bukan hanya bikin pesantren, tapi jadi sebab orang2 pada bikin pesantren. Bukan hanya bikin masjid, tapi jadi sebab orang2 pada bikin masjid. Bukan hanya baik, tapi jadi sebab orang2 jadi pada baik. Dan Allah mudah untuk menerima do’a kita. Tidak ada perkara yang susah, tidak ada perkara yang sulit bagi Allah Swt. Lha kita senantiasa berdoa seperti itu, sehabis sholat. Insya Allah yang kami mulyakan….
ربنا هب لنا من أزواجنا وذريتنا قرة أعيون واجعلنا للمتقين إماما
Masya allah doa yang sangat indah. Dan doa itu kalo sudah disebut dalam qur’an itu nilainya itu luar biasa itu. Karena Allah yang menyuruh. Allah menyuruh mengatakan begitu itu. Kalau Allah itu menyuruh, seperti ini umpamanya seorang raja,
“Hei… kamu minta sama saya.”
‘Minta apa?’
“Minta nasi, minta ini, minta ini, ayo kamu minta!!!”

Kalau yang nyuruh dia, ya pasti dia akan memberi hadirin yang kami mulyakan. Lha doa yang ada di dalam al qur’an itu lho, yang menyuruh itu Allah yang akan member kita itu. Maka doa itu sangat bernilai. Maka do’a yang kita panjatkan, tidak dari dalam qur’an itu juga ada nilainya juga. Karena allah juga telah menyuruh kepada kita do’a secara umum.
ادعوني فاستجب لكم
Wis ndongo’o – berdo’alah kamu!!!
Maka kalau kita doa itu, Ya Allah Engkau telah menyuruh aku berdo’a ya Allah… maka terimalah do’a saya. Begitu…
Tapi kalau doa itu disebutkan lafadz2nya dalam qur’an, maka nialinya lebih tinggi lagi. Maka berarti kita itu diajari suruh doa dengan kalimat2 yang telah ditentukan, maka doanya akan lebih tinggi nilainya di sisi Allah.
ربنا هب لنا من أزواجنا وذريتنا قرة أعيون واجعلنا للمتقين إماما

Kemudian hadirin yang kami mulyakan, yang penting lagi, yang perlu saya sampaikan kepada wali murid ini lagi. Maaf ini. Tapi ini penting yang kami mulyakan.
Untuk bekal anak anak kita di pondok ini, pilihkanlah harta kita yang paling bersih, yang kami mulyakan. Karena kita ini kerja macem2. Ada yang kerja bersih betul. Halal 100% betul. Ada yang agak ada campuran2 kurang baiknya. Lha itu jangan dikirim untuk anak kita. Lha untuk siapa? Wis … untuk siapa ajalah!!

Kalau harom jangan. Ini bukan harom ini. Pokoknya yang agak syubhat2 sedikit itu jangan untuk anak kita. Untuk anak kita itu yang bersih begitu. Karena anak kita biasanya itu, kalau orang itu makanannya bersih hatinya juga akan bersih. Kalau hati bersih, ngaji itu jadi tenang. Ibadah tenang. Tapi kalau makanannya itu ada tidak bersihnya, maka nanti goncaa…ang aja. Suatu hari ada seseorang itu mengeluh kepada Ulama’. Hati saya ini kok nggak bisa tenang, sumpeeekkk aja. Itu kenapa Syeikh?
“Ooo… itu karena makanan kamu kurang bersih.” Maka dia berfikir, “Bagaimana yaaa?! Supaya makanan saya ini bisa bersih?”
Maka dia pergi ke puncak gunung. Tempat yang tidak ada pemiliknya. Disana da daun2 dan buah2an. Maka dia naik ke puncak gunung, makannya cuman daun2an dan buah2an. Sehari, 2 hari, belum terasa. Begitu genap 40 hari, plongggg. Kata dia itu. “Masya Allah… nikmat… rasanya hati saya sekarang.” Padahal tidak punya apa2 dia itu. Lha wong tinggalnya di puncak gunung. Nggak nerima duwit, nggak nerima apa2. Tapi hati saya tenang sekarang ini. Kata dia, “ واالله “ Seumpama semua hatinya ahli surge seperti saya ini, ooo… sudah nikmat sekali.

Jadi perasaannya itu sudah ngungkuli ahli surge. Melebihi ahli surge, perasaannya. Saking nikmatnya. Ancleesss clesss, begitu itu.
Lha kalau orang ahli dunia itu, perasaannya hartanya kurang…. Terus. sumpekk… lagi. Kurang … lagi, sumpeeeek lagi. Kenapa sumpek. Karena duwitnya kurang. Hingga terus menerus nggak ada habisnya. Seperti orang haus minum bensin. Tambah minum, tambah panas perutnya.

Maka makanan yang halal itu sangat mempengaruhi hati manusia. Dan kata Imam Abdul Wahab Asy Sya’roni, beliau ini adalah seorang ulama’ besar di mesir. Tahun 1000 hijriyah. Saya itu punya banyak santri. Beliau itu ngajar punya pondok dulu. Santri2 yang makanannya terjaga bersih itu kok cepet paham apa2 itu. Tapi santri2 yang makanannya ngawur itu kok, jadi semrawut kepahamannya itu. Nggak paham2 itu. Maka termasuk inti daripada pendidikan ini adalah makanan yang halal. Al Imam Hasan Bashri rhu. Mengatakan, kalau kamu ingin memperbaiki hati kamu, pertama kali perbaiki makanan kamu. Nha ini penting yang kami mulyakan.

Maka di Al Fatah ini kami usaha, hadirin yang kami mulyakan. Yang bersih itu usaha. Walaupun belum bisa bersih betul. Maka kita ini ingin bangunan yang sederhana saja. Karena nanti kalau ingin bangunan2 yang mewah, bisa2 yang syubhat2 masuk juga. Kita sederhana lah…
Makanan sederhana, pakaian sederhana, bangunan sederhana. Kalau kita senang yang sederhana, mudah yang halal. Tapi kalau kita ini ingin mewah, maka lama2 nanti jadi syubhat atau haram. Lha itu gawat yang kami mulyakan.

Ini pesan dari pak bed ya… dan ini juga sudah sering saya sampaikan kepada santri2 semua. Tapi ini pertemuan wali murid, kira2 perlu disampaikan lagi.
Bapak2 ibu2, terutama yang anaknya sudah selesai program disini. Entah dauroh, entah takhosus. Kalau nanti di rumah itu betul2 diperhatikan kalau mau cari jodoh, carikan jodoh yang kira2 trus bisa amal agama. Bisa menjaga anak2 kita ini, sehingga bisa istiqomah dalam amal agama. Ini harus diperhatikan betul ini.

Untuk mendapatkan orang yang cocok, nanti yang bisa menjaga agamanya anak kita, ini perlu istikhoroh, yang kami mulyakan. Kalau malam hari, sholat 2 rokaat, trus do’a. kalau pengalamannya ulama2 dulu, kalau habis sholat istikhoroh doa, baca surat ikhlas 1000x sekali duduk. Ya Allah berikan jodoh yang sesuai untuk anak saya ini. Jangan sembarangan. Karena orang itu tahunya cocok/tidak cocok itu setelah kawin. Kalau sebelum kawin itu kelihatannya kayak cocok itu. Setelah kawin betul, oh ternyata masalah ini, masalah ini. Lha yang tahu hanya Allah itu. Maka istikhoroh, jangan tergesa2. Istikhoroh, do’a.

Kemarin ada santri dari tajribi. Wektu dhuhur, 2 hari kemaren bawa bayi minta dikasih kurma, ditahnik. Maka dia itu bilang sama saya. Ini pak Kyai, hasil dari amalan yang dikasihkan dulu. Amalan apa? Saya ini kan sudah nggak punya anak sudah 4 tahun lebih trus kata pak Kyai suruh do’a seperti yang diajarkan nabi Nuh dalam al Qur’an itu.
استغفر الله إنه كان غفّارا استغفر الله إنه كان غفّارا
Itu saya amalkan terus itu, kok keluar anak tho pak Kyai. Trus saya bilang, “Kamu syukuran kalau begitu.”
‘Syukurannya apa’
“Keluar 4 bulan”. Saya suruh begitu.
‘Lho saya masih ngaji’. “Ooo… masih ngaji. Lha trus gimana?”
‘Ya nanti kalau sudah selesai ngaji saya akan keluar setahun.’
“Kalau kamu keluar setahun, nanti anak kamu 3.” Saya bilang begitu. “Karena satu tahun itu 4 bulan x 3. Anak kamu 3 insya Allah.” Saya bercanda aja itu. Belum selesai ngomong, tiba2 ada wali murid datang.
‘Pak Kyai, saya punya anak ini umurnya sudah 32 tahun, tapi belum dapat jodoh. Apa amalannya ini?’
“Ya amalannya sama dengan ini. استغفر الله إنه كان غفّارا استغفر الله إنه كان غفّارا yang sebanyak2nya.”
‘Lho… katanya itu do’a supaya punya anak. Lha ini kok, cari suami do’anya itu juga?’
“Iya… sebelum dikasih anak, oleh Allah akan dikasih suami dulu. Kamu bukan tingkatannya siti Maryam. Yang nggak usah dikasih suami, trus punya anak. Maka do’anya sama aja. استغفر الله إنه كان غفّارا
Ini penting, yang kami mulyakan. Ini ngaji serius ini. Mungkin ngaji terakhir ini. Santri2 putri, putra juga, jangan kira2 yang usaha itu putrid saja. Putra juga pun kalau Allah susahkan juga susah. Kemana2 nggak laku…. Ada juga itu.
Jadi kalau Allah susahkan itu, siapa saja bisa susah. Kalau Allah mudahkan, siapa saja bisa mudah. Amalannya : استغفر الله إنه كان غفّارا
Lha nanti kalau sudah kelihatan mau datang, istikhoroh, jangan buru2 diterima. Istikhoroh dulu. Dicek dahulu, orang apa itu.!! Bener apa nggak bener. Akhlaqnya bener apa nggak? Mentalnya waras apa tidak? Karena kelihatannya orang itu kayak waras, tapi ternyata tidak waras. Ada slengnya. Apa sleng kuwi?
Maka kita harus berhati2.

Kemudian yang kami mulyakan. Santri2 dan juga wali2 murid, khususnya yang anaknya selesai program itu. Semangatkan anak2 bapak, anak2 ibu, untuk menjaga amalan2 yang disini sudah dibuat. Kalau bisa ayah dan ibunya juga malah ikut. Habis subuh, habis maghrib, itu standartnya. Atau kalau nggak bisa habis maghrib, yaaa habis ‘ashar atau habis isya’, baca ayatul Hirzi.
Ayatul Hirzi itu, amalan yang banyak diamalkan oleh para ulama’. Khususnya guru2 saya, yang di Makkah, yang di India, yang di Yaman, ayatul Hirzi itu. Itu penjagaan yang luar biasa.
 Itu anak2 sudah nulis buku namanya “Fadhilah Ayatul Hirzi”. Itu bapak amalkan, masya allah. Banyak berkahnya itu. Itu untuk menjaga ilmunya. Orang kalau istiqomah baca ayatul Hirzi itu, ilmunya itu nggak lupa2. Dan untuk menjaga agamanya juga. Dan untuk menjaga dunianya juga.

Jadi dulu itu, ulama2 itu, masya Allah… amalannya apa? Ya itu…
Jangan hanya strategi2, pemikiran2 saja.
Saya dulu mau bikin rumah, nggak punya duwit. Tahu2 ada seorang tamu, seorang ulama’ dari Surabaya sana. Kyai Muhajir rah. “Mau apa kamu?”
‘Mau bikin rumah, Kyai…’
“Bikin rumah?! Sudah ada duwitnya?” ‘belum ada’
“Gini aja. Baca ini : اوكالذى مر على قرية ويخاوية على عروشها (Surat Al Baqoroh : 255)”
Trus dibaca bareng2 itu berapa kali itu. Nggak lama kemudian, ada yang bawa kayu jati, ada yang bawa tekel, ada yang bawa kayu mahoni. Sampai sekarang masih saya pakai itu. Lha itu modalnya : اوكالذى ... الخ itu.
Begitu… kamu kira al Fatah mbangun2 nggak ada modalnya, begitu? ADA modalnya!!! اوكالذى ... الخ itu. Baca sebanyak2nya. Insya Allah yang kami mulyakan.
Dulu ketika saya masih baru mondok itu, ditanya sama ayah saya. “Kamu ingin punya santri yang banyak?” ‘Ya ingin…!!!’
“Ini amalannya.” Katanya.
لاتدركه الأبصار وهو يدرك الأبصار وهو اللطيف الخبير
(Tiap hari 313x)
Kalau kamu amalkan istiqomah, katanya ayah saya, “SUGIH BOLO, SUGIH BONDO.” Banyak temannya banyak duwitnya. Itu saya amalkan waktu kecil dulu. Sekarang udah dikit2 aja ngamalkannya itu. Tapi betul, teman saya banyak, duwit saya juga banyak. Alhamdulillah…
Jadi nggak usah khawatir kamu itu. Baca itu.!! Tapi jangan dibaca 3 hari trus cuti 1 bulan. Oo..oh begitu itu nggak mempan, kalau begitu itu caranya. Ini sudah 2 amalannya tadi.
- اوكالذى sama لاتدركه الأبصار
- Trus ditambah ربنا هب لنا ... الخ
- Trus sudah ada fatihahnya tadi
- Ayat kursi 3 kali untuk njaga
- Sholawat 100 supaya do’anya maqbul

Hafal belum semuanya tadi, yang kami mulyakan. Ini jauh2 dari aceh kesini kalau nggak hapal bahaya ini nanti. Sudah sekarang begini saja. Tiga tiga empat empat amalan tadi dihafalkan dulu. Bikin halaqoh2. Biar saya juga istirahat dulu.
Sudah… taqobbalallooh…
Sekarang saya sudah nemu cerita lagi ini. Penting ini. Dan tidak kalah pentingnya.
Orang2 yang anaknya punya prestasi, hafidz qur’an, selesai dauroh, hatam kubro tidak salah, itu perlu syukur. Anak2 yang prestasinya sedikit itu, sebetulnya itu tidak naik, tapi gara2 dengan segala pertimbangan, dikasih naik juga. Itupun juga harus syukur juga. Barang akli prestasi yang sedikit, trus kita syukuri menjadi barokah.
Ada cerita begini. Yang cerita Kyai2 India ini. Ada seorang raja. Raja ini pikirannya ini agak lemah pikirannya itu. Goblok lah istilahnya itu. Dikirim ke sebuah pesantren. Diantar sendiri. Raja ini ngantar ke pesantren. Jaman dulu banyak raja2 yang jadi wali Allah, dulu itu. “Pak Kyai … anak saya, saya titipkan disini. Untuk diajar ilmu agama.” Akhirnya dimasukkan ke dalam pesantren. Sudah diajar dengan susah payah oleh Kyainya itu. Tapi nggak ada yang dipaham. Diajari apa saja tidak ada yang masuk. Setelah beberapa tahun sang raja datang ke pesantren itu. Maka pesantren itu kondisinya gawat darurat. Bikin sambutan2. Maka raja menemui pak Kyai-nya. Saya mau menjenguk anak saya, pak kyai. Kyai itu langsung mukanya merah padam.
“Waduh… anaknya raja ini nggak bisa apa2 ini. Saya ajari sudah setengah mati tidak ada yang masuk.”
Maka raja itu tahu. Lha memang anaknya goblok betul, itu tahu.
‘Pak Kyai… Nggak usah khawatir apa2. Coba anak saya dipanggil ke sini.’ Maka dipanggil. Dan akhirnya raja itu bertanya;
‘Nak… kamu ngaji di sini selama sekian tahun, ilmu apa yang sudah kamu pahami?’
Maka dia ini diam, termenung lamaaa… sekali nggak keluar2 jawabannya. Maka Kyainya itu tambah malunya sama Raja itu.
Lama2 setelah dipikir lama itu, keluar kata2 dari anak raja tadi.
“Satu ilmu yang saya pahami, yaah…” ‘Apa’
“Orang Haid tidak boleh Sholat. Itu saya paham satu itu.”

Maka Kyainya itu tambah malunya lagi. Ditanya sama ayahnya, ada Kyainya kok jawabnya, orang haid tidak boleh shalat. Maka kyainyanya itu merah padam karena saking malunya itu. Tapi raja itu tidak. “Alhamdulillah …” kata sang raja itu. “Saya gembira pak Kyai, anak saya sudah paham satu ilmu agama. Ini bagi saya adalah perkara besar. Orang haid tidak boleh sholat, ini dari rosululloh ini. Ooh.. ini ilmu besar ini. Saya syukur sekali.” Langsung pak Kyainya dikasih hadiah banyak sekali sama tuan raja tadi.

Tapi hadirin yang kami mulyakan. Yang tadi yang malu kan Kyainya. Sekarang itu anaknya yang nggak pernah malu, lha memang goblok, nggak paham, itu tahu2 mukanya jadi merah padam juga anak itu. “Wah malu saya. Kok Kyai saya melihat saya malu sekali, saya juga jadi ikut malu.”

Tiba2 saat itu juga otak anak itu berubah. Jadi pintar. Tidak lama kemudian jadi santri yang hebat. Sehingga bisa menggantikan ayahnya. Lho aneh kan, yang kami mulyakan.
Jadi kalau anaknya itu kurang prestasi, itu jangan dimarahi aja.
“Kamu… saya sudah jauh2 dari aceh, mau dengar nama kamu keluar apa nggak, lha kok ternyata nggak ada nama kamu itu. Kamu itu sebetulnya di temboro itu ngapain sih? Betul2 kecewa saya.”
Jangan begitu… “Saya bersyukur, kalaupun nama kamu tidak keluar tidak keluar di bumi, semoga keluar di langit, wahai anakku.” Nah … ghitu. “Walaupun ilmu kamu sedikit, semoga barokah anakku…”

Ini ada cerita ulama’ jawa. Ada seorang Kyai itu hafalnya 3 surat thok. Qulhu, Falaq, Nas, itu thok. Ini ceritanya ayah saya, entah benar entah tidak. Pokoknya untuk nasehati anak2nya itu begitu. Ayah saya itu cerita, dulu itu ada Kyai Namanya Kyai QulhuFalaqNas. Tahunya cumin itu saja. Tapi aneh itu. Walaupun hafalnya cumin 3 surat, itu barokah. Santrinya itu banyak. Akhirnya teman2nya di pondok yang pandai2 itu datang. Eh… kamu itu lho. Tahu kamu itu apa, kok kamu punya santri banyak, jadi Kyai itu lho. Dulu kamu itu kan di pondok paling goblok. Kok berani2nya jadi Kyai. Maka santri goblok yang sekarang jadi Kyai itu bilang sama teman2nya yang sudah hebat2 dulunya itu. “Ya orang2 itu saja yang mengatakan saya itu Kyai. Lha saya itu juga nggak tahu apa2. Ya seperti dulu saja.”
‘Lho.. lha itu santri2 di pondok itu, kamu apakan?’
“Itu mereka belajar satu sama lain. Sama Cuma nungguin saja.”
Oooo…. Githu?!’
Maka teman2nya yang pintar2 tadi, ‘Ooo… ini yang namanya barokah. Angel ki, barokah iki. Nggak bisa masuk akal.’
Lha sekarang terjadi di kalangan santri itu begitu. Wali2 murid itu saya kasih cerita. Banyak santri2 yang di pondok itu pusing kepalanya itu. Karena tidak bisa masuk dikasih apa itu. Tapi di rumah malah menghidupkan dakwah, menghidupkan ta’lim. Santrinya banyak. Kadang2 saya juga heran. Diajari apa dia.
Lha namane barokah.

Makanya yang anaknya prestasi ya syukur, yang kurang prestasi ya syukur. Dengan harapan yang sedikit itu diberkati oleh Allah. Insya Allah Yang kami mulyakan?!
Kira2 itu saja yang bisa saya sampaikan. Kita akan berdo’a sama2. Sebelum do’a kita baca fatihah dulu untuk guru2 kita sampai Rosululloh Saw….
Al Fatihah…
Pasang iklan disini
.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Teks Bayan Wali Santri Tahun 2013 oleh KH Uzairon Thoifur Abdillah"

Post a Comment