Dari Usman r.a. berkata, Rasulullah saw.
bersabda, “Orang yang terbaik di antara kamu ialah yang belajar al Quran dan
mengajarkannya.” (Hr.
Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
.
Pada kebanyakan kitab hadits, hadits ini
dinyatakan dengan huruf wawu (yang artinya dan), yakni belajar “dan” mengajar sebagaimana
tersebut di atas. Dengan demikian, maka ganjaran terbesar adalah bagi siapa
yang belajar al Quran yang mulia dan mengajarkannya kepada orang lain. Tetapi
dalam sebagian kitab hadits yang lain, hadits ini diriwayatkan dengan huruf aw (yang artinya atau)
dalam hal ini maknanya adalah, ‘Yang terbaik di antara kamu ialah yang belajar
al Quran atau mengajarkannya.’ Dengan mengikuti hadits ini, maka ganjarannya
yang diperoleh oleh keduanya sama saja, apakah ia belajar untuk dirinya sendiri
ataupun mengajarkannya kepada orang lain.
Al Quran adalah dasar dari agama Islam, maka
menjaganya serta me-nyebarkannya tergantung kepada keyakinan ini. Dengan
demikian keutama-an belajar al Quran dan mengajarkannya telah diketahui dengan
jelas, tidak perlu penerangan lebih lanjut.
Walau bagaimanapun terdapat tingkatan kebaikan
yang berlainan. Yang terbaik adalah mempelajari al Quran berikut makna dan
maksudnya, sedang-kan sekurang-kurangnya adalah belajar mengenai
lafazh-lafazhnya saja.
Hadits di atas diperkuat oleh hadits lain yang
diriwayatkan oleh Sa’id bin Sulaim r.a.
Katanya, Rasulullah saw. bersabda,
“Barangsiapa telah men-dapat ilmu mengenai al Quran tetapi masih menganggap
bahwa orang lain yang diberi sesuatu selain al Quran adalah lebih baik darinya,
berarti dia telah menunjukkan sikap merendahkan terhadap rahmat Allah yang
dikaruniakan kepadanya sehingga ia dapat mempelajari al Quran.”
Dengan demikian jelaslah, karena al Quran adalah
perkataan-perkataan Allah Swt., maka
ia adalah yang tertinggi dari segala sesuatu, sebagaimana yang dinyatakan dalam
beberapa hadits yang akan dikemukakan kemudian. Membaca al Quran dan
mengajarkannya mestilah lebih agung dari segalanya. Mulla Ali Qari mengutip
sebuah hadits yang menyatakan bahwa barangsiapa memperoleh ilmu al Quran,
berarti ia menyimpan ilmu kenabian di kepala-nya. Sahl Tastari rah.a. berkata, “Bukti cinta kepada
Allah diwujudkan de-ngan cinta terhadap perkataan-perkataan-Nya di dalam hati
seseorang.”
Dalam Syarah
Ihya disebutkan bahwa golongan orang yang akan diberi perlindungan di bawah
lindungan ‘Arasy (kursi Allah) pada
hari Kiamat salah satunya adalah orang yang mengajarkan al Quran kepada
anak-anak orang Islam dan mereka yang belajar al Quran pada masa kecil serta
terus memba-canya hingga dewasa dan dapat menjaganya sampai hari tua.
0 Response to "Fadhilah Al Qur'an : Hadist 1"
Post a Comment